Memberi Dengan Hati

Saturday, July 24, 2010

Ada seorang pemuda bernama Farid. Ia adalah seorang karyawan di salah satu perusahaan swasta terkemuka di daerahnya. Suatu sore, ketika Farid hendak pulang kerja, ia menjumpai seorang pengemis di depan kantornya. Kebetulan waktu itu Farid sedang tidak membawa uang. Dan dengan sangat menyesal ia berkata kepada si peminta-minta, "Mohon maaf, Saudaraku, saya tidak bisa memberi apa-apa kepadamu hari ini."

Namun, justru yang menarik adalah jawaban dari si pengemis. Benar-benar di luar dugaan! Ia membalas, "Terima kasih, Pak, atas pemberiannya."

Sontak Farid terheran-heran. Lalu ia bertanya kepada si peminta-minta kenapa berterimakasih kepadanya, padahal tidak ada sesuatu pun yang bisa ia berikan.  Dijawablah oleh si pengemis tadi, "Seharian ini saya sudah bertemu dengan banyak orang. Tetapi diantara banyak orang yang saya temui tersebut tidak ada seorang pun yang memanggil saya 'saudaraku'. Hanya bapaklah yang memanusiakan saya."

Memberi memang menajdi sesuatu yang mudah bagi sebagian orang. Tetapi, memberi adalah bukan masalah transfer barang dari tangan kita ke tangan orang lain. Lebih dari itu, memberi adalah sebuah transfer energi hati dari seorang manusia kepada manusia lainnya. Sehingga, aktivitas memberi sangat erat kaitannya dengan konektivitas hati atau yang sering disebut empati.

Hal inilah yang dilakukan oleh Farid kepada pengemis tersebut. Farid memberikan ketulusan hatinya, walaupun tak ada transfer materi sedikitpun. Maka pengemis yang tidak menerima materi apapun dapat merasakan pemberian Farid. Sebaliknya, berapapun banyak dan berharganya materi yang kita berikan kepada seseorang, jika tidak ada keterikatan hati, maka pemberian itu tak lebih dari sekedar perpindahan barang. 

Maka dari itu, mari kita tengok kembali bagaimana saat kita memberi. Sudahkah hati kita ikut serta dalam setiap pemberian kita?

0 comments:

Post a Comment